Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Juni, 2008

Proses pendidikan di negara berkembang pada umumnya memiliki rintangan yang sama. Mulai dari rintangan biaya sekolah, kurikulum, mutu pengajar, infrastruktur pendidikan hingga optimasi anggaran pendidikan nasional. Rintangan tersebut bagaikan cadas berbatu dan jurang menganga yang sulit dilalui. Untuk melompati jurang kesenjangan dan cadas penghalang dibutuhkan “jaring” Spiderman agar berbagai rintangan diatas bisa dilalui dengan cepat dan tepat. Pada era Globalisasi 3.0 sekarang ini semua unsur yang terlibat dalam proses pendidikan membutuhkan “jaring” Spiderman yang berbasis konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Fenomena “The World Is Flat” semakin kentara dan diikuti dengan mendatarnya lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, warga dunia di belahan manapun pada saat ini sebenarnya tidak perlu bersusah payah menggapai pengetahuan dan mengejar ketertinggalan berkat bantuan mesin pencari dan ensiklopedia online.

Untuk mendatarkan sistem pendidikan nasional yang sepadan dengan kekuatan Globalisasi 3.0 diperlukan wahana berbagi pengetahuan pendidikan (sharing of education knowledge) berbentuk ensiklopedia pendidikan on-line yang bersifat kolaboratif. Dimana karakter kontennya berbeda dengan Wikipedia tetapi dengan engine yang sama. Atas dasar kebutuhan diatas dirancang ensiklopedia on-line yang bersifat kolaboratif dan dedicated di bidang pendidikan. Mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dengan nama Crayonpedia [lihat : http://www.crayonpedia.org]. Istilah tersebut diberikan oleh H. Budhiana (Wapemred PR) merupakan persenyawaan dari dua suku kata, yakni “Crayon” akronim dari Create Your Open Education Content dan “pedia” atau ensiklopedia. Persenyawaan itu memiliki makna sebagai tempat pembuatan & penyajian konten edukasi yang terbuka (Open Education Content Authoring & Presenting). Crayonpedia dirancang oleh praktisi pendidikan bersama pengembang TIK yang berdomisili di kota Bandung. Hasil rancang bangun kolektif itu diproyeksikan sebagai solusi atau jawaban untuk mendatarkan sistem pendidikan di negeri ini. Sekaligus membangun kurikulum “Zeitgeist” atau kurikulum yang mampu beradaptasi dengan semangat dan perkembangan jaman. Sharing of knowledge di dunia maya bisa diibaratkan seperti meneguk air yang mengucur deras dari selang hydrant dinas pemadam kebakaran. Sehingga bisa membuat siapapun “tenggelam” oleh materi hasil mesin pencari atau ensiklopedia on-line. Penelitian UC Berkeley menyatakan hingga tahun 2002, manusia telah menciptakan sekitar 5 Exabyte data yang bisa di upload. Jika menggunakan kertas, angka tersebut kurang lebih setara dengan 500.000 perpustakaan Konggres Amerika Serikat setiap tahunnya.

Untuk meneguk air sesuai dengan porsinya, Crayonpedia memberikan solusi staging atau pentahapan berdasarkan usia atau tingkat pendidikan. Sehingga feeding dan transformasi pengetahuan bisa sinkron dengan pertumbuhan intelegensia dan kejiwaannya. Dengan Crayonpedia para murid, guru, dan masyarakat luas bisa berkolaborasi menyusun materi kurikulum serta berbagi pengalaman dalam mengelola lembaga pendidikan. Sehingga prinsip konstruktivisme dalam praktik pendidikan bisa berlangsung. Konstruktivisme memandang pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Crayonpedia mengakselerasi konstruktivisme dengan prinsip tidak hanya murid yang belajar, tetapi guru juga dipacu untuk terus belajar, termasuk belajar dari muridnya sendiri. Kinerja Crayonpedia yang sesuai dengan anatomi kurikulum pendidikan itu bisa digunakan sebagai alat bantu proses pengajaran di kelas sehari harinya. Untuk membangun kurikulum “Zeitgeist” di negeri ini, karena karakternya yang bisa menampung multikurikulum dan multiprogram, Crayonpedia bisa menjadi forum untuk pengkajian dan perbandingan kurikulum dari berbagai negara. Sehingga keunggulan kurikulum di negara-negara maju bisa diadopsi oleh para guru di tanah air. Para guru perlu memperluas cakrawala kurikulum di negara lain yang berhasil menyiasati kekuatan Globalisasi 3.0 seperti bangsa India, China, Korea Selatan, Jepang dan lain-lainnya. Di India misalnya, kualitas pendidikannya sudah setara dengan Amerika Serikat, ternyata faktor penentunya bukan infrastruktur fisik. Melainkan pada kualitas guru, adaptasi kurikulum, metodologi yang benar serta resource buku dan akses TIK yang sangat memadai. Apalagi sistem pendidikan tinggi di India relatif murah. Untuk menempuh master ilmu sosial misalnya, hanya membutuhkan 30 ribu Rupees ( sekitar Rp 6 juta ) per tahun dengan sertifikat atau ijazah yang diakui secara global. Hal itu bisa dimungkinkan karena penyelenggaraan pendidikan di sana sudah sangat efisien karena penggunaan e-Education secara luas. Begitu pula dengan di Jepang, disana kurikulum disusun oleh Komisi Kurikulum yang terdiri dari wakil dari Teacher Union, praktisi dan pakar pendidikan, wakil dari kalangan industri, dan wakil dari kementerian pendidikan. Komisi ini bertugas mengkaji Kyouiku Kihonhou atau kurikulum pendidikan Jepang lalu menyesuaikannya dengan perkembangan yang terjadi di dalam maupun luar negeri.

Untuk menyiasati kekuatan Globabalisasi 3.0 diperlukan budaya up-loading dari segenap bangsa. Crayonpedia merangsang dan membuka kesempatan secara luas bagi entitas guru dan praktisi pendidikan lainnya untuk meng-upload karya tulisnya kedalam kisi-kisi kurikulum (misal KTSP) yang telah di susun secara sistematik. Hasil karya guru tersebut nantinya juga bisa dijadikan komponen nilai komulatif untuk persyaratan jenjang keprofesian. Ada baiknya pemerintah dan pihak swasta juga memberikan insentif berupa honor bagi guru yang telah berkontribusi atau meng-upload karyanya. Seperti halnya rencana Google memberi imbalan uang kepada siapapun yang berkontribusi dalam proyek ensiklopedia online bernama Knol. Membangun budaya up-loading dikalangan para guru jauh lebih signifikan dibandingkan dengan program pembelian hak cipta buku pelajaran dengan dana puluhan miliar rupiah. Kalau dana tersebut dipergunakan untuk membudayakan up-load dengan media Crayonpedia, maka jumlah guru yang terlibat jumlahnya jauh lebih besar.

Seperti halnya Wikipedia yang pada akhir 2007 telah mendapat 3 miliar kunjungan dalam sebulan dan menjadikannya sebagai situs referensi yang paling banyak dikunjungi. Kemampuan Crayonpedia juga dilengkapi dengan tombol “Edit Halaman Ini”, sehingga setiap orang bisa menambahkan content halaman itu secara mudah dan variatif. Juga menyediakan kemampuan menelusuri status materi-ajar/artikel, melihat setiap perubahan, dan membahas masalah, serta berfungsi sebagai perangkat lunak jejaring sosial. Crayonpedia menganut kebijakan editorial yang bersifat NPOV (neutral point of view) yakni mempertahankan pandangan netral atau independen. Kebijakan tersebut mengusahakan agar penyampaian artikel, gagasan dan fakta berita sedemikian rupa sehingga terjadi dialektika yang intens. Jika timbul polemik maka pendukung artikel maupun penentang bisa menerimanya dengan lapang dada. Kinerja Crayonpedia akan terus dikembangkan sehingga memiliki fasilitas atau fitur sebuah kamus dan thesaurus pendidikan semacam Wikionary (Crayonary). Juga fitur buku teks, sitiran online dan panduan digital pendidikan semacam Wikibooks (Crayonbooks) dan Wikiquote (Crayonquote). Integrasi teknologi ‘Text to Speech’ berbahasa Indonesia yang dimiliki oleh salah satu dari pendiri Crayonpedia sedang dipersiapkan, yang berpeluang sangat membantu ‘difable’ tuna netra dalam proses pembelajaran. Dan yang tidak kalah menarik adalah berita-berita pendidikan terkini di tanah air dan pemikiran-pemikiran strategis tentang pendidikan hasil kolaborasi. (*)

Read Full Post »